Sabtu, 26 April 2014 kami berangkat dengan terbagi menjadi dua kloter pemberangkatan. Pemberangkatan pagi ( makhrusy, angga, asnaf, ninik, diah, fitria, imnin) berangkat dari Kediri sekitar jam 11 siang dan kloter kedua (ahmed, izud, tolhah, Om Juneng). Berangkat jam 3 sore karena masih ada kuliah ba’da dhuhur. Kloter pagi berangkat agak santai karena waktu yang dirasa cukup jika harus sampai di lokasi sebelum senja. Karena semuanya belum paham jalan menuju lokasi maka kami pun mengandalkan google untuk arah kesana walaupun pada awalnya kami keblabasan ke perempatan kedua setelah terminal namun jalannya sama.
Dari perempatan sebelum terminal (arah dari timur terminal) belok kiri arah campur darat kurang lebih 10 km, sampai ada pertigaan pasar campur darat belok kiri lagi. Terus sampai ada SMAN 1 Campur darat belok kiri. Lurus 7 km mengikuti jalan utama (yang ada white line-nya karena di jalan berkelok ini lumayan banyak jalan yang bercabang) kalau ada pertigaan sebelum SMPN 1 Tanggunggunung belok kiri. Naah, setelah belok kiri ini harus banyak-banyak tanya orang karena jalurnya banyak, terpencil, bnyak jalan yang susah dan huaah, pokoknya perlu skill rider yang mumpuni.
Alhamdulillah, mungkin karena niat baik kami semua untuk mengagumi keindahan alam-Nya saat pertama berhenti tanya orang sekitar karena jalan bercabang, kami pun dipertemukan dengan seorang Bapak (aah, kemarin lupa tidak tanya namanya) yang kebetulan juga ingin pergi camping di Ngalur untuk mencari ikan. Dalam hati semua teman-teman saya berkata “yaa Allah apa mungkin kami sampai tujuan dengan cepat kalau tidak ada Bapak ini” tapi benar, jalannya susah karena batu-batu aspal banyak yang mencuat kemana-mana, medan yang naik turun bukit dan banyak jalan bercabang with no sign and no signal!
Setelah melewati jalan berbukit dengan pemandangan alam luar biasa perbukitan tanggung gunung, kami sampai di desa Ngelo yang ketika masuk kami disambut dengan banner “selamat datang di wisata alam pantai sanggar” namun kami pergi ke pantai Ngalur. Setelah masuk desa jalanan tak beraspal namun masih dikatakan mudah jika dibandingkan jalan sebelumnya. Kami pun akhirnya sampai di pertigaan kecil (yang saya kira kami diminta untuk parkir di rumah warga) eh ternyata memang itu jalannya. Pertigaan kecil yang ada tulisan “Pantai Ngalur ->” dengan ada pos kampling kecil di pertigaan yang sebenarnya lebih tepat jika disebut gang. Nah setelah belok ini tadi kami dihadapkan dengan jalan yang tak lebih lebar dari 50 cm dengan medan naik turun bersebelahan dengan tebing dan jurang.
Karena tidak adanya sinyal dan listrik jadilah kami lost contact dengan teman-teman yang berangkat sore, kami pun berharap cemas atas sampai tidaknya mereka di satu tujuan yang sama, Pantai Ngalur. Sekitar jam tujuh malam, saya dan teman-teman melihat beberapa cahaya di sebrang, di Pantai Sanggar dan kami semua berasumsi bahwa itu mereka, our rest friends. Sekitar pukul delapan saat kami semua tidur-tiduran sambil bercerita satu sama lain di depan tenda, kami dikejutkan dengan kedatangan orang bersuara parau membawa tongkat dengan celana basah. Sontak dalam kegelapan malam semuanya terkejut campur takut, eh, ternyataa, orang itu adalah Faris, teman kami yang berangkat sore, disusul kemudian muncul sosok tolhah dengan rambut gondrongnya. Alhamdulillah!
Ceritanya, kelompok yang berangkat sore ternyata salah tujuan dan langsung menuju Pantai Sanggar karena Tolhah tau medan kesana dan belum paham dengan jalan menuju Ngalur. Pantai Sanggar dan Pantai Ngalur dibatasi oleh tebing batu yang rimbun sehingga untuk sampai ke tempat kami, mereka harus memanjat tebing dan melewati rerimbunan daun yang lebat. Aaak, dengan kemunculan mereka seperti menemukan teman yang hilang 1000 tahun baru dan akhirnya bertemu kembali. Hahaa.. Namun kemunculan itu memunculkan masalah baru. Jreeeng!!
Masalahnya, masih ada empat orang yang terjebak di Pantai Sanggar. Tidak mungkin membiarkan mereka tetap disana with no meals, no drinks. Setelah melakukan diskusi yang lumayan sengit mengingat medan yang susah, hari sudah malam dan pasti tidak adanya orang untuk ditanyai jika nanti tidak tau jalan, akhirnya diputuskan untuk tetap menjemput mereka. Dan akhirnya tolhah dan si Kapten pergi ke Pantai Sanggar dan menjemput mereka muter lewat jalan. Kami tak hentinya berdoa supaya tidak terjadi apapun dan mereka tiba secepatnya, dan alhamdulillah satu jam setelahnya suara motor pun datang dari balik tenda kami. Here they are
Tidak ada komentar:
Posting Komentar